Sebelum kita mencari tahu apa itu converter kit marilah kita cari tahu terlebih dahulu apa itu engine atau mesin dan bagaimana cara kerjanya. Mesin adalah sesuatu yang dapat bergerak karena adanya energi yang diberikan kepadanya. Energi tersebut dapat berupa bahan bakar (minyak atau gas), listrik, cahaya matahari dan lain-lain. Kita batasi pembahasan mesin dengan menggunakan bahan bakar minyak atau gas.
Prinsip kerja mesin menggunakan bahan bakar adalah menjaga keberadaan dan keseimbangan 4 bagian utama dalam disiplin ilmu mekanik yaitu :
2. Bahan bakar
3. Kompresi dan
4. Ignition atau pengapian.
Dengan adanya keempat bagian utama tersebut maka mesin akan bergerak dengan sendirinya dan akan berhenti jika salah satu dari keempat bagian tersebut tiba-tiba menghilang. Sungguh sangat simpel…..
Tetapi ada sedikit perbedaan jenis mesin menggunakan bahan bakar minyak yaitu jenis bahan bakar yang ber-oktan dan yang tidak ber-oktan atau bahan bakar jenis sentan seperti solar. Mesin diesel menggunakan sentan tidak memerlukan ignition untuk memanaskan bahan bakar hingga meledak. Jenis mesin diesel ini hanya menggunakan kompresi yang tinggi untuk membuat komponen mesin bergerak.
Dari sudut pandang ekonomis dan politis keberadaan bahan bakar minyak dikhwatirkan habis disertai perkembangan situasi dunia yang tidak menentu terutama untuk negara-negara penghasil minyak. Jika mesin bahan bakar dirubah menjadi mesin elektrik maka peta politik dan ekonomi dunia akan berdampak sangat tragis untuk merubah semua mesin pada kendaraan yang ada didunia ini. Oleh karena itu lahirlah converter kit sebagai alat pengganti bahan bakar minyak dengan bahan bakar gas.
Apa itu konverter kit? Konverter kit sebagai suatu produk “manufactures after markets” (termasuk suatu produk aksesoris dalam dunia otomotif) adalah suatu peralatan yang dipergunakan untuk mengkonversi bahan bakar (CNG, LPG, Ethanol) pada suatu mesin pada kendaraan atau pada pembangkit tenaga listrik. Dikonversi maksudnya adalah disesuaikan kerja mesinnya sehingga penggunaan bahan bakar gas atau ethanol dapat diterapkan pada mesin berbahan bakar minyak. Kerja mesin yang mana atau bagian mesin yang mana? Jawabannya adalah pasti bagian mesin yang berhubungan dengan pasokan bahan bakar dan udaranya, kompresi mesinnya dan yang terakhir adalah timingnya sehingga pembakaran sempurna atau peledakan yang optimal didapat. Dengan pembakaran sempurna maka efisiensi dan performance kendaraan akan diperoleh dengan baik.
Pertanyaan berikutnya adalah apakah converter kit dapat dipasang disemua kendaraan dan semua kendaraan dapat menggunakan semua bahan bakar yang tersedia dialam? apakah dalam bentuk sumber daya alam atau renewable energy? Jawabannya ya, dengan satu syarat yaitu jenis bahan bakar dengan satu family atau kategori tertentu dan dengan demikian jenis mesin tertentu (bahan bakar ber-oktan dengan mesin besin, bahan bakar ber-sentan dengan mesin diesel).
Mari kita focus pada mesin berbahan bakar minyak ber-oktan maka terdapat dua jenis produksi mobil didunia yaitu mobil berkarburator dan mobil menggunakan teknologi EFI (electric fuel injection). Konverter kit menggunakan bahan bakar gas sudah lama dipergunakan yaitu converter kit yang dipasangkan pada mobi l berkarburator dan jenis converter kit seperti ini dinamakan converter kit jenis open (terbuka). Sedangkan converter kit menggunakan system EFI dinamakan converter kit jenis close (tertutup). Konverter kit jenis open atau pada mobil karburtor berbahaya karena aliran gasnya terbuka sedangkan jenis converter kit close yang terdapat pada system kendaraan saat ini aman. Untuk mengamankan mobil berkaburator yang tidak diproduksi lagi didunia ini maka dalam penggunaan converter kit pada mobil berkaburator harus dibuatkan system semi EFI sehingga system converter kitnya menjadi system close yang aman.
Kita batasi untuk mengenal converter kit dengan system close apakah itu pada mesin berkaburator dengan perubahan system semi EFI-nya atau pada mesin dengan system EFI murni. Mari kita bahas komponen converter kit dari pembagian fungsinya.
Karena kendaraan menggunakan gas maka tempat atau wadah penyimpanan bahan bakar baru seperti gas harus disediakan dalam system konverter kit dan biasanya dinamakan tabung dan bukan tangki. Bagian wadah atau tempat penyimpanan bahan bakar mulai sekarang kita namakan bagian tampung.
Gas harus dialirkan dari bagian mobil tertentu (bagian belakang) ke bagian mesin mobil dengan menggunakan pipa atau selang dengan suatu batas kemampuan tekanan yang sudah ditentukan. Bagian mengalirkan bahan bakar gas dengan komponen pendukungnya seperti magnetic valve, pressure equipment hingga gas valve untuk me-mixer (mencampur) gas dan udara diintake mesin, dinamakan bagian distribus i.
Bagian yang terpenting setelah bagian tampung dan distribusi adalah bagian control unit atau kita namakan GCU (Gas Control Unit). Sesuai dengan sistemnya menggunakan system EFI maka GCU dikembangkan sinkron dengan kerja mesin dan bahan bakarnya. Bagian kontrol unit dibangun dengan komponen elektroteknik menggunakan IC dan mikro controller. Dengan mengatur besaran-besaran bahan bakar dan pengapian yang disesuaikan maka performance dan effisiensi didapat dengan maksimal. Oleh karena itu bagian control unit adalah bagian yang paling penting dan bidang ini selanjutnya dinamakan tuning dan setting dalam penggunaan bahan bakar di mobil untuk mendapatkan performance dan efisiensi yang baik. Tuning dan setting ditemukan dimobil berbahan bakar minyak dan gas. Di Jerman penggunaan converter kit tidak hanya sekali pasang selesai tapi diperlukan tuning dan setting yang bertahap.
Seperti halnya mobil menggunakan bahan bakar minyak maka kerja mesin dengan bahan bakarnya pada prinsipnya sama saja. Dimulai dari bahan bakar yang dialirkan melalui pipa dan selang kemudian diberikan tekanan menggunakan pompa (fuel pump) dan di-mixer (dicampur) dalam intake menggunakan injector. Setelah bensin dicampur dengan udara dalam intake sesuai langkah mesin maka campuran kedua unsur tadi masuk kedalam ruang bakar setelah klep terbuka. Kemudian campuran tersebut mendapat tekanan dari langkah piston yang kemudian semakin panas akibat tekanan. Dengan pemantik berupa pengapian menggunakan busi mobil maka ledakan terjadi akibat terbakar spontan secara keseluruhan setelah terjadi ledakan-ledakan kecil dalam ruang bakar. Ledakan itulah yang mengakibatkan gerakan piston kebawah dan dengan demikian gerakan mesin mobil. Langkah terakhir adalah langkah pembuangan yang mana klep gas buang terbuka dan gerakan piston kembali keposisi menekan keatas. Gas buang akhirnya dapat dilihat ditempat pembuangan gas yaitu knalpot.
Sekarang kita kembali ke penggunaan converter kit berbahan bakar gas (LGV, CNG, Hirdorgen) atau ethanol (alc ohol). Maka langkah-langkah kerja mesin sama persis seperti diatas menggunakan bahan bakar minyak. Perbedaannya terletak pada batas kemampuan alat sesuai fungsi dan sifat dari bahan bakarnya masing-masing.
1. Konverter kit Hidrogen dan LGV( Liquid Gas Vehicle) terdiri dari LPG dan Vigas
Bahan bakar LPG yang terdiri dari propan dan butan harus ditampung dalam tabung dengan tekanan kurang lebih 10 bar sekitar 140 psi hingga menjadi cair (sangat aman karena tekanan gas LPG rendah dibandingkan tekanan gas CNG). Oleh karena itu tabung LPG harus dibuat kokoh tapi tidak sekokoh tabung CNG. Demikian juga dalam penanganan distribusinya tidak begitu mengkhawatirkan. Penurunan tekanan dapat dilakukan dengan keran atau electric valve yang dapat mengatur tekakan gas dipipa sehingga pada saat akan dimasukkan kedalam intake tekanannya harus berkisar antara 18 psi hingga 20 psi dan tidak boleh lebih. Kontrol unit harus dituning dan disetting hingga pembakaran sempurna terjadi sesuai nilai oktannya yang berkisar antara 98 sampai 120 tergantung dari komposisi propan dan butannya.
Di Indonesia dapat dipergunakan tabung fle ksibel LPG yang dijual diwarung-warung. Instalasinya sama dengan menggunakan tabung fix yang dipergunakan di Eropa. Hanya saja pada tabung fix sudah didesign sesuai pemakaian bahan bakar yang dilengkapi dengan level bahan bakar untuk refill kembali. Sedangkan pada tabung fleksibel tidak terdapat level dan harus disiasati azas kemanfaatan dan kese lamatannya dengan menggunakan percampuran bensin dan gas jika gas akan atau sudah habis. Selain itu tabung fleksibel harus dikemas untuk optimalisas i engine karena dingin b ahkan me mbe ku se rta melindungi tabung dari hantaman dan kebocoran.
Conclusion : Bagian tampung dan distribusi converter kit LPG harus kokoh tetapi tidak sekokoh bagian tampung dan distribusi pada gas CNG. Penanganannya lebih mudah karena tekanan yang berasal dari tabung sudah rendah berkisar 140 psi. Sikap dalam disiplin riset dalam menyiasati atau rekayasa teknologi untuk keamanan dan keselamatan mudah dan standar.
2. Konverter kit CNG (Compressed Natural Gas)
Bagian tampung dan distribusi harus s angat kokoh karena gas methan (CH4) yang merupakan gas yang didapat dari alam tidak dapat begitu saja mencair jika dimasukkan kedalam tabung. Gas methan harus menggunakan tekanan yang besar untuk memasukan gas tersebut kedalam tabung hingga menjadi cair karena hanya terdapat satu karbon dalam susunannya. Tekanan yang dibutuhkan sebesar 200 bar setara dengan 2800 psi dan tabung harus didinginkan pada suhu - 35 derajat celcius (minus) saat gas dimasukkan. Proses pendinginan diperlukan karena tabung akan menjadi panas saat gas dimasukkan kedalam tabung dengan tekanan sebesar 2800 psi.
Oleh karena itu pada bagian tampung pada converter kit CNG menggunakan dua buah tabung pada angkot. Hal ini diharapkan daya tampung bahan bakar gas yang banyak pada saat refill karena gas yang direfill tidak dibuat hingga mencair. Gas hanya dimampatkan didalam tabung hingga tekanan tertentu dengan kapasitas tertentu pula. Oleh karena itu tekanan gas CNG dalam tabung dalam prakteknya dapat mencapai 400 hingga 1000 psi, suatu tekanan yang sangat tinggi dan berbahaya.
Dibagian distribusi gas juga harus diturunkan tekanannya hingga mencapai tekanan yang dapat didistribusikan kedalam intake yaitu sebesar 18 psi hingga 20 psi. Untuk penurunan tekanan dikenal sekali suatu komponen pada converter kit CNG yang dinamakan vaporized. Bentuknya seperti keong atau bundar untuk penurunan tekanan tinggi ke tekanan rendah. Selain itu pipa-pipa harus kokoh dan pada daerah tekanan tinggi tidak dapat menggunakan pipa fleksibel (selang).
Pada bagian control unit disiplin tuning dan setting juga sangat diperlukan untuk mendapatkan performance dan efisiensi yang optimal. Perbedaan pada gas LPG dan CNG terletak pada nilai oktannya sehingga tuning dan setting yang membedakan keduanya. CNG dapat dipastikan memiliki nilai oktan sebesar 120.
Conclusion : Bagian tampung dan distribusi converter kit CNG dipastikan kokoh. Tuning dan setting lebih susah karena nilai oktanya tinggi. Refill berkali-kali karena gas tidak mencair. Penggunaan tabung besar dan jumlahnya banyak.
3. Konverter kit Ethanol (Bioethanol/Alkohol)
Perlakuan bahan bakar ethanol sama seperti bahan bakar minyak karena ethanol berupa cairan (cair). Oleh karena itu converter kit ethanol tidak menggunakan ekstra bagian tampung dan distribusi seperti bahan bakar gas. Tangki mobil dan distribusi bahan bakar minyak (seperti pipa, injector dll) dapat dipergunakan dengan baik. Yang membedakannya hanya control unit untuk tuning dan setting besaran ethanol.
Conclusion : Hanya diperlukan tuning dan setting dalam penggunaan ethanol.
NB : LNG adalah methan yg dicairkan melalui pendinginan hingga – 120 ° C (minus)
(Oleh: Dip. Ing. A Hakim Pane)
1 komentar:
Hello, first-time I actually have posted a comment
on "tentang konverter kit", this post made me want to post a comment.
Thank you for all you have written up to now!
Here is my website :: Read More Here
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar di sini,, karena komentar anda adalah motivasi buat saya dan blog saya, sebelumnya terimaksih sudah mau berkunjung di FaatLive Thanks By Faat