....saya datang ke pameran, tapi tidak tahu kalau ada mobil-mobil ciptaan Universitas."
Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) selaku penyelenggara IIMS 2012 mengajak 25 merek kendaraan penumpang, 10 merek kendaraan berat, dan sejumlah pelaku industri pendukung otomotif untuk meramaikan pameran yang berlangsung 20-30 September itu.
Di antara riuh rendah pengunjung ataupun penjaja produk kendaraan bermotor bermerek asing, mobil riset ciptaan sejumlah mahasiswa dan staf akademik Jurusan Teknik Mesin dan Industri Fakultas Teknik Universitas Gajah Mada Yogyakarta seakan memancing perhatian para pengunjung yang kebetulan melewati selasar Hall B.
"Kami tidak bayar (untuk memakai stan). Stan ini milik Ikatan Ahli Teknik Otomotif (IATO)," kata salah satu anggota tim mobil Bimasakti FT UGM, Wahyu, ketika dijumpai ANTARA News di arena JIExpo, Senin (24/9).
Mahasiswa Jurusan Teknik Mesin dan Industri itu mengatakan beberapa pengunjung yang mampir ke stan Bimasakti penasaran apakah mobil yang mengikuti kompetisi "Student Formula SAE" di Jepang itu akan diproduksi massal.
"Ada pula (pengunjung) yang ingin dibuatkan mobil," kata Wahyu yang ditemani dua kawannya dari kampus.
Keberadaan kelompok stan khusus mobil konsep dan komersial karya mahasiswa berbagai kampus di IIMS 2012, bagi Wahyu dan rekan satu timnya, sangat dibutuhkan untuk mempromosikan inovasi produk dari dunia akademis.
Direktur Hubungan Mahasiswa IATO, Ziarini Z. Karmiadji, mengatakan stan IATO di IIMS 2012 ditujukan bagi dua tim peserta "Student Formula SAE" yaitu Bimasakti UGM dan Mushika ITB.
"Sayangnya mobil (ciptaan) ITB masih tertahan di Jepang," kata Ziarini menjelaskan ketidak-hadiran tim Mushika ITB di stan IATO.
Ziarini mengatakan IATO juga mendapatkan stan di selasar pada penyelenggaraan IIMS 2011 seluas 2x3 meter.
Berbeda nasib dengan Bimasakti yang berada di selasar hall, mobil bertema 'Mobil Murah Pedesaan' karya Universitas Negeri Semarang (Unnes) dan Viar Motor Indonesia (VMI) menyempil di antara kerumunan stan-stan produk aksesori kendaraan di arena semi-permanen Hall B.
Mobil konsep berwarna merah dan sekilas menyerupai Toyota Kijang 1980an itu harus bersaing dengan stan modifikasi dan onderdil untuk menarik perhatian pengunjung.
"Mobil ini proyek Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Provinsi) Jawa Tengah yang menggandeng pelaku usaha kecil dan menengah bidang otomotif, Unnes, dan Viar," kata staf divisi purna-jual VMI, Mujiono.
Mujiono yang bertugas menjaga stan VMI mengatakan pengunjung yang mampir ke stan mobil Viar hanyalah pengunjung dadakan yang bahkan tidak berencana mencari mobil produksi dalam negeri.
Para pengujung, menurut Mujiono, berhenti dan bertanya mengenai mobil VIAR karena keunikan bentuk mobil yang menggunakan mesin 300cc dan lima percepatan maju dan mundur itu.
"(Tapi) Mereka lebih tertarik dengan mobil-mobil bermerek," kata Mujiono sembari berharap mobil dengan perkiraan harga jual sekitar Rp30 juta itu berpeluang di kompetisi mobil-mobil murah.
Meskipun Disperindag Jateng selaku pemilik stan tidak memungut biaya sewa kepada VMI ataupun Unnes, Mujiono mengatakan stan yang mempromosikan karya mahasiswa dan UKM dalam negeri itu seakan menjadi pelengkap perhelatan internasional menargetkan 350 ribu pengunjung itu.
Sekitar empat meter dari stan mobil VIAR, dua stan kosong--satu diantaranya tertutup spanduk--berderet tanpa penjaga apalagi pengujung.
Mobil konsep beroda tiga dengan logo Universitas Indonesia (UI) di buritannya terlihat menghuni salah satu stan. Hanya sejumlah poster yang seolah bercerita tentang keberadaan mobil itu.
"Kami mengkombinasikan filosofi 'Keris' dan 'Garuda Keshava' ke desain kendaraan kami," tertulis dalam poster berbahasa Inggris yang menempel di pembatas stan.
Tulisan "Design Produk ITB" terpampang di muka atas stan lain yang juga tampak kosong.
"Pada hari pertama pembukaan pameran ada mahasiswa ITB yang menjaga di sana, tapi dia sudah kembali ke Bandung untuk kuliah," tutur seorang penjaga stan audio mobil yang berlokasi di depan stan kosong itu.
Terjepit di kedua stan kosong, Himpunan Mahasiswa Mesin Fakultas Teknik Mesin Universitas Trisakti memamerkan sejumlah poster dan selebaran inovasi karya kampus mereka.
"Kami melanjutkan (kegiatan) senior kampus yang selalu ikut IIMS sejak 2008," kata mahasiswa Jurusan Teknik Mesin Universitas Trisakti, Andre Sumbung yang menjaga stan bersama tiga kawannya.
Andre mengatakan para pengunjung IIMS 2012 hanya melihat sepintas stan kampusnya karena ketiadaan produk inovasi di stan seluas 2x3 meter itu.
"Kami ciptakan robot pembersih kaca untuk gedung-gedung pencakar langit dengan tinggi satu meter dan lebar 700 cm," kata Andre.
Andre dan ketiga kawannya mengatakan bersedia merapikan dan menampilkan berbagai kreasi kampus mereka seperti genset berbahan bakar minyak goreng bekas (jelantah) ataupun mobil gokart jika stan mereka lima kali lebih besar dari stan itu.
Pertimbangkan kampus
Sekretaris Jenderal Gaikindo, Juwono Andrianto, mengatakan panitia IIMS memang tidak mengundang sejumlah kampus atau sekolah menengah kejuruan yang mempunyai produk otomotif untuk ikut serta dalam pameran internasional setahun sekali itu.
"Sebenarnya kalau ada permintaan (ikut pameran), kami pertimbangkan. Tapi, kalau tidak ada kami tidak mengajak (dari kampus) karena yang ini (peserta pameran) saja susah mengatur tempatnya," kata Juwono.
Public Relation Dyandra Promosindo, Dyah Putri, mengakui tiga kampus--ITB, Trisakti, dan UI--sengaja diundang sebagai kepedulian panitia terhadap perkembangan otomotif nasional.
"Lokasi disesuaikan dengan kebutuhan peserta," kata Dyah menjelaskan letak tiga stan perguruan tinggi yang berada di belakang arena pameran.
Dyah menambahkan panitia IIMS 2008 pernah mengelompokkan stan sejumlah perguruan tinggi yang memamerkan karya masing-masing, tapi tetap tidak menarik bagi pengunjung.
"Stan-nya kurang menarik, kurang pernak-pernik sehingga orang cenderung melewatinya saja," kata Dyah.
Namun demikian, para pengunjung IIMS 2012 menyatakan stan pameran produk otomotif perguruan tinggi nasional masih perlu dilibatkan dalam pameran bertaraf internasional itu.
"Sebagai ajang unjuk gigi produk dalam negeri dan dijual ke masyarakat," kata Eko Budi pengunjung pameran dari Jakarta.
Eko menyarankan lokasi stan-stan perguruan tinggi di dekat pintu masuk pameran agar para pengunjung langsung melihat produk-produk kampus.
Pengunjung dari Bekasi, Anwar Mushadat, justru bertanya alasan panitia meletakkan stan pameran karya sejumlah perguruan tinggi di belakang arena pameran yang seolah menyembunyikannya.
"Ini hari kedua saya datang ke pameran, tapi tidak tahu kalau ada mobil-mobil ciptaan Universitas," kata Anwar yang melanjutkan ketertarikannya mendatangi stan-stan itu.
Anwar mengatakan temuan atau inovasi generasi muda dari kampus harus diberikan ruang di tempat terbuka atau petunjuk jelas ke stan-stan itu.
Senada dengan Eko dan Anwar, Lina Asmara mengatakan produk Indonesia perlu mendapatkan tempat yang terbuka agar menarik perhatian publik.
"Selama produk itu mengutamakan keselamatan pasti banyak yang tertarik apalagi kalau harganya murah," kata Lina.
Kepopuleran mobil esemka di Solo pada awal 2012 memang menyuguhkan semangat nasionalisme industri otomotif nasional.
Alangkah bangganya jika semangat itu juga terlihat gamblang di arena pameran otomotif internasional yang juga dihadiri 903 jurnalis nasional dan 19 jurnalis asing itu.
(I026)
sumber : http://www.antaranews.com/
0 komentar:
Posting Komentar
Silahkan Berkomentar di sini,, karena komentar anda adalah motivasi buat saya dan blog saya, sebelumnya terimaksih sudah mau berkunjung di FaatLive Thanks By Faat